Cerpen Hasil ATM Berita
SEMUDAH MENCABUT RUMPUT
Pagi begitu Indah. Telah lenyap hujan dan petir tergantikan mentari indah serta siulan merdu burung berkicau. Manusia seakan tak ingin tertinggal dalam mimpi, mereka bersemangat memulai aktifitas masing-masing. Tetapi, apa yang terjadi? Seorang pemuda bertubuh tinggi-kurus, kulit sawo matang serta rambut hitam lurus, sedang merenung dibawah pohon mangga depan sebuah rumah sederhana. Seolah-olah dia dicampakan alam yang tak ingin kehadirannya.
" Hey! Kau sedang apa disitu Candra tolol! Malas sekali kau, pagi hari saja kerjamu hanya duduk dibawah pohon. Liat ni aku udah rapi pake seragam mau ke sekolah! Aku kan ingin pintar nanti, tidak bodoh seperti kau! Hehe... "
Tiba-tiba suara anak kecil sekitar 8 tahun membangunkan lamunan Candra. Candra telah hafal dengan ledekan Ananda yang dilontarkan setiap bertemu dirinya.
" Apa kau! Kenapa si kamu ngledek aku terus? " sahut Candra setengah emosi.
" wissst, marah nih? Memang kenyataannya gitu kok! Kamu kan bodoh ga mau sekolah. Makanya jangan malas! " jawab Ananda.
Candra tak menjawab, ia malah pergi meninggalkan Ananda. Dia jenuh setiap mendengar ledekan saudara sepupunya itu. Dia masuk rumah dan menuju kamarnya.
" Loh kok belum berangkat? Ayo sana, nanti telat loh! " kata Ibu Ananda.
" Ia bu. Assalamu'alaikum "
" Walaikumsalam "
Candra menengok kearah jendela, lalu membuka gorden. Ia mengamati Ananda yang berjalan dengan sangat ceria. Candra sangat kesal dan menutup kembali gordennya. Hatinya panas, wajahnya terlihat marah. Kedua tangannya menggenggam, seakan ingin mencerkam mangsa. Ia menidurkan tubuhnya kekasur. Ia tarik selimut sampai menutupi seluruh tubuh.
" Candra... Candra, sedang apa kau dikamar? Ayo keluar bantu mbahmu memotong rumput dikebun. " kata seorang kakek yang akrab dipanggil Mbah Tomo.
" sebentar Mbah! " sahut Candra pelan.
" apa kau baik-baik saja? "
" ia Mbah, saya gak apa-apa kok. Sebentar lagi saya keluar "
" oh.. ya sudah Mbah tunggu dikebun "
Dengan hati sedikit tenang, Candra membuka selimut. Kemudian ia menarik nafas lalu membuangnya. Turunlah ia dari tempat tidur hendak kekebun.
" mana Mbah rumput yang harus dipotong?" kata Candra setelah berada dibelakang mbahnya.
" itu samping pohon tebu. Rapikan ya! "
Tanpa menjawab, langsung Candra menjalankan perintah mbahnya itu. Candra memang sayang sekali dengan mbahnya. Karena mbahnya lah orang yang selama ini merawat Candra sejak kedua orang tuanya meninggal 10 tahun lalu. Tangan piawai Candra begitu lincah membabat habis rumput yang mengganggu itu. Tak sampai satu jam, semua beres.
" selesai... "
" kalau sudah, sana makan. Laper kan? " kata bulik Muharomah, ibu Ananda.
" ia bulik, makasih "
Bukannya makan Candra malah pergi. Kakinya tertuju pada salah satu rumah tua pinggir desa. Langkahnya berani mengetuk pintu yang tak lama dibuka oleh pemilik rumah.
" Assalamungalaikum"
" Wangalaiktmsalam. Ehh, kamu Ndra! Ada apa toh kesini? Ayo masuk! " sapa pemilik rumah.
" enggak Wo, cuma mau main ja. Ga ganggu kan? "
" oh ya ndak toh! "
Pria yang namanya Wono itu mempersilahkan tamunya masuk. Dia segera menjamunya dengan teh anget dan beberapa makanan kecil.
" Duh.. Repot-repot nih" kata Candra sungkan.
" ahh.. Ndak lah! Kita kan harus menghormati tamu. "
" emm ya ya! Kamu lagi nonton apa sich?"
Candra penasaran.
" ini ada berita, ada orang yang bunuh saudara sendiri. Cuma gara-gara sebuah ejekan. Parah ya? Semudah mencabut rumput saja! Nyabut nyawa orang seenaknya"
" hmm, yeah "
Spontan Candra berdiri untuk berpamitan. Dia seperti menemukan sebuah ide cemerlang.
" Wo, aku pulang dulu ya! Kapan-kapan kesini lagi. "
" oh ya.. Hati-hati ya! "
Candra keluar rumah Wono dengan senang. " Kenapa aku ga kepikiran seperti yang ada ditv tadi? " katanya sambil jalan.
Tepat dipertigaan ia bertemu Ananda.
" heh, Candra darimana loe? " sapa Ananda.
" dari rumah temen, eh main dikebun tebu belakang rumah yuk! "
" ada pa ni? Kok tiba-tiba ngajakin main? Aku belum ganti baju kali. "
" nanti saja lah. Ayo! "
" ya udah deh. "Ananda dan Candra berjalan menuju kebun tebu. Ananda agak heran melihat tingkah Candra yang ramah padanya. Keduanya telah sampai ditengah kebun.
" Candra tolol, apa kita mau makan tebu? "
Ananda melirik kearah Candra, ia terkejut ketika Candra tak disampingnya.
" hey. Candra tolol dimana kau? "
Tiba-tiba, dugg.. pelipis Ananda dipukul dengan balok kayu. Sekejab Ananda jatuh dan meronta. Ia masih bisa melihat walau hanya samar.
" kena kau! Kalau kau mati tentu tak ada yang mengejekiku lagi. Haha. Mudah bukan membunuhmu? "
" Can... Can.. Dra.. "
Candra yang telah kesetanan tak diam, ia kemudian menjerat leher Ananda dengan tali hingga lemas. Karena bingung, setelah itu Candra memendamnya digalengan tebu. Ananda yang masih bergerak segera tertimbun tanah sampai benar-benar tewas. Candra nampak sangat gelisah, tanpa pikir panjang ia lari meninggalkan jenazah Ananda. Saking ketakutannya, ia hampir menabrak tukang siomay yang melintas didepannya dan ia tak pedulikan.
Matahari hampir senja. Ibu Romah pulang dari rumah tetangga. Ia terkejut ketika nasi yang ia siapkan untuk anaknya masih utuh dimeja. Ia keluar dan bertanya kepada Mbah Tomo yang dari tadi asyik membersihkan kandang burung diteras rumah.
" Mbah, liat Ananda? Apa dia dari tadi belum pulang? "
" tidah, ga tau saya. Dari tadi Candra juga ga terlihat. "
" duhh. Itu anak kemana? Ibu kawatir nak, udah belum pulang. Mbah saya mau pergi cari Ananda, barang kali aja ia mampir kerumah temannya. "
Ibu Romah mencari anak tunggalnya itu yang kini mulai putus asa. Telah didatanginya satu per satu teman-teman Ananda. Tapi belum juga menemukan buah hatinya yang sangat ia khawatirkan. Mbah Tomo yang dari tadi cuek, kini mulai ikut mencari. Pertama ia mencari Ananda dikebun tebu belakang rumah. Kakek itu curiga pada gundukan tanah yang masih basah.
" sejak kapan ada gundukan tanah disini? "
Bergegas ia mengambil cangkul untuk membongkarnya, dengan sangat hati-hati.Tubuhnya mendadak lemas begitu mengetahui bocah yang terlihat kepala dalam posisi tengkurap yang tak lain adalah cucunya. Segera ia teriak minta tolong lalu pingsan. Para tetangga yang mendengar teriakan Mbah Tomo segera menghampiri melihat apa yang terjadi. Mereka terkejut melihat Mbah Tomo pingsan dan cucunya yang tewas, diangkatnya kakek-cucu itu. Ibu Ananda yang sejak tadi mencari anaknya pulang kerumah, siapa tau saja anaknya sudah pulang. Mendadak ia kaget lantaran melihat Ananda tak bernyawa lagi. Beberapa kali ia pingsan, ia begitu terpukul tak percaya, ia terus menangis.
" kenapa kau tinggalkan ibu sendiri nak? Bapakmu telah pergi, kini kau juga pergi "
" sudah mba, diikhlaskan saja. " bisik Umi tetangganya menenangkan.
Ketika malam telah petang, Candra pulang dengan hati yang masih gelisah.Kegelisahannya bertambah ketika bertengger mobil polisi didepan rumah.
" Candra darimana kamu? tembak Mbah Tomo mengejutkan.
" e.. e.. a..a bis main mbah! " jawabnya dengan gugup.
" apa kamu tau, Ananda tewas terkubur dikebun belakang? "
" apah? Oh..oh..itu,e..e saya ga tau mbah. "
" barang bukti telah kami amankan. Kami tinggal mencari pelaku dibalik semua ini. " jelas AKP Edy Subandriyo Kapolsek Keras kepada Mbah Tomo.
" semoga saja pelaku cepat ketemu! "
Sontan Candra masuk kamar dan mengunci rapat kamarnya. Ia merasa bersalah, tak tega ia mendengar tangisan bulik meratapi kepergian Ananda. Dia memutuskan untuk keluar dan mengakui kesalahannya.
" Bulik, mbah.. Maafkan Candra "
" kenapa kamu harus minta maaf? " tanya mbah heran.
" emm.. Sebenarnya, Candra itu yang udah. E..e bunuh Ananda. "
seakan ada petir yang lewat, semua terkejut tak percaya.
" Candra kesal dan malu sebab Ananda selalu mengejek saya tolol, bodoh dan pemalas sehingga tidak lulus sekolah. " jelas Candra.
" Candra, kamu..." Mbah Tomo memegangi dadanya yang sesak, ia jatuh ke lantai. Sementara bulik Romah semakin menangis.
" Kamu telah melakukan tindak kriminal. Kamu saya bawa kekantor polisi sebagai tersangka. Tetapi untuk melakukan penyelidikan, terleabih dulu kamu diperiksa kepsikiater. Barangkali kamu kena gangguan jiwa. " kata Polisi.
Malam semakin larut, tangisan pecah mewarnai kepergian Ananda selamanya serta Candra yang masuk sel tahanan mempertanggungjawabkan perbuatannya.
" Maafkan Candra semua. Candra udah ngecewain kalian. Candra nyesel banget. Dengan mudahnya saya menghilangkan nyawa, semudah ketika saya mencabut rumput. Saya akan bertanggungjawab akan apa yang saya lakukan. "
SELESAI
Minggu, 15 Mei 2011
TUGAS BAHASA INDONESIA - MAULID NABI
Tiga Ciri-ciri Mencintai Rasul
Pada waktu tanggal 19 februari 2011, di sekolah saya mengadakan pengajian untuk memperingati Maulid nabi Muhammad SAW. Pengajian diikuti oleh siswa-siswi kelas X,XII, dan XII serta bapak ibu guru, karyawan karyawati SMA N 2 Purbalingga. Pada inti acara, ceramah diisi oleh seorang ustadz
dari Banjarnegara. Beliau menyebutkan 3 ciri-ciri mencintai Rasul yaitu:
Pertama, banyak menyebut dan mengingat-ingat Rasullulah. Kita tentu mengetahui bahwa orang yang cinta kepada orang lain akan selalu menyebut namanya dan mengingatnya dimanapun dia berada. Tak beda pula bila benar cinta kepada Rasul, kita akan menyebut dan mengingatnya minimal 9 kali membaca salawat dan salam diwaktu sholat. Hal ini juga berarti menjalankan kewajiban kita sebagai umat muslim untuk mendirikan sholat.
Kedua, taat kepada apa yang ia ajarkan. Ketika kita mencintai berarti kita juga taat kepada apa yang diajarkan oleh yang dicintai. Rasullulah selalu mengajarkan perintah dan larangan Allah kepada umatnya.
Taat akan didapatkan apabila kita berilmu. Lewat ilmulah kita mengetahui apa yang diajarkan Rasullulah. Segala perbuatan, perkataan, dan tingkah laku Rasul, selalu berpedoman pada wahyu yang diberikan kepadanya yaitu Al-Qur'an.
Ketiga, rela berkorban demi yang dicintai. Telah wajar apabila kita berkorban untuk orang yang kita cinta. Dalam mencintai Rasul kita berkorban untuk selalu menegakan agamanya. Agama yang dengan susah payah ia perjuangkan untuk seluruh umat manusia. Seharusnyalah kita tetap menjaga agama Allah dan Rasullulah. Karena Islam merupakan agama yang dirido'i oleh Allah. Sebagai umat nabi Muhammad, kita dianjurkan untuk senantiasa meniru akhlak beliau agar kelak dapat mencapai surga Allah.
Itulah tiga ciri mencintai Rasullulah. Semoga saja kita selalu ada dalam ketiga ciri tersebut. Sehingga kita mendapat rida Allah didunia dan akhirat.
Langganan:
Postingan (Atom)